Gelas, Susu : Manusia, Sabar


Di hadapan saya sekarang ini ada dua buah gelas. Yang satu berwarna putih, tidak terlalu besar dan terbuat dari melamin. Sedangkan gelas yang satunya lagi bening karena terbuat dari kaca dan ukurannya lebih besar dari gelas melamin. Saya pun sejenak berpikir tentang kedua gelas ini. Namanya sama – sama gelas, cuma beda bahan dasar pembuatannya dan ukurannya. Kalau saya jatuhkan kedua gelas ini, yang melamin tentu lebih kuat karena anti pecah belah. Sedangkan yang kaca, sudah tentu akan pecah jika terjatuh.
jika saya tuangkan susu cair kedalam dua gelas ini, lagi-lagi akan ada perbedaan. Jika kita tanya seseorang (yang belum tahu isi kedua gelas itu tentunya), lalu disuruh menebak isi kedua gelas itu, mungkin hanya isi dari gelas kaca yang ia ketahui. Kenapa? Karena gelas kaca yang bening memungkinkan seseorang tersebut untuk melihat isi di dalam gelas dari jarak tertentu. Sedangkan untuk gelas melamin, tidak akan terlihat isinya jika kita tidak melihatnya dari atas.
Nah isi dari susu dalam setiap gelas pun jelas berbeda. Gelas melamin mempunyai daya tampung susu yang lebih sedikit daripada gelas kaca. Jika dipaksakan agar gelas melamin mempunyai volume susu yang sama seperti gelas kaca pastilah tidak mungkin. Yang ada susu hanya akan tumpah dari gelas melamin. Hanya sebatas itu saja kemampuan daya tampung gelas melamin dibandingkan gelas kaca.
Sahabat, analogi tentang gelas diatas layaknya seperti manusia. Ya seperti kita karena kita manusia. Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk, rupa, karakter, sifat yang berbeda – beda. Nah kemudian sama seperti kedua gelas diatas, kita mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang berbeda – beda. Apa sih kapasitas itu?? Kapasitas adalah kemampuan untuk menyimpan. Sedangkan kapabilitas adalah kemampuan untuk melakukan kapasitas.
Nah jadi itulah mengapa ada orang yang sangat sabar, sabar, dan kurang sabar. Sabar itu seperti susu yang saya sampaikan diatas. Ia akan mempunyai kapasitas yang berbeda – beda disetiap diri manusia. Jangan terlalu mudah membuang energi untuk sekedar meratapi setiap kejadian ataupun musibah. Setiap takdir baik dan buruk telah ditetapkan oleh-Nya. Bak mata uang, ada dua sisi di setiap takdir. Lihat selalu sisi positifnya dan palingkan wajah kita dari sisi negatifnya.
Sahabat, sabar itu tidak bertepi. Sabar itu tidak ada batasnya. Tetapi diri kitalah yang mempunyai keterbatasan untuk mempunyai kesabaran dan mengendalikannya. Bedanya dengan gelas, kapasitas kita bisa ditingkatkan. Sabar erat kaitannya dengan ikhlas. Belajarlah ikhlas menerima apapun yang terjadi. Dan yakinlah ada hikmah dibalik setiap peristiwa yang menimpa diri kita. Jangan lupa bersikap bijak juga salah satu cara memperbesar kapasitas diri kita akan kesabaran. Bijaksana itu mengedepankan akal dan pikiran daripada emosi (yang tak terkendali). Sedangkan arogan hanya akan menyusutkan kapasitas kesabaran dalam diri kita.
Lalu apakah susah untuk sabar dan ikhlas itu? Ya jelas saja terasa susah jika kita menganggapnya susah. Latihlah pelan – pelan dari setiap hal – hal kecil yang kita temui. Yakinlah ketika kita sudah berhasil sabar dan ikhlas, hanya ada satu hal yang kita rasakan. Kenikmatan dari setiap takdir Illahi yang kelezatannya tak bisa terungkapkan dengan kata – kata. Dan gantungkanlah hati kita hanya kepada Allah Azza wa Jalla…
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqoroh : 153)