24 Mei 2011 = 22 Tahun

 
Alhamdulillah wa syukurillah. Tak henti - hentinya saya mengagungkan Allah Subhana wa Ta'ala atas limpahan nikmatnya pada hari ini. Ya, hari ini tepat saya berusia 22 tahun. Selama itulah saya berada di dunia ini, bebas menghirup oksigen yang telah disediakan-Nya, memakan sayuran dan lauk - pauk yang telah disediakan-Nya pula, serta yang paling penting adalah menikmati indahnya Islam. Ya Allah, tiada Illah yang berhak disembah kecuali Engkau...

22 tahun bukanlah usia yang tergolong "anak kecil" lagi. Pada rentang usia 20-25 merupakan siklus dimana seorang manusia (sedang) merancang masa depannya seperti apa. Hal-hal, kegiatan, pola hidup di rentang usia ini adalah gambaran masa depan orang tersebut. Serta pada saat inilah seseorang akan memilih menyegerakan dewasa atau menundanya. Usia terus bertambah setiap tahunnya, tetapi dewasa tidak selalu berbanding lurus. krena ia adalah pilihan. Semoga di usia tersebut kita mengisi dengan hidup kita dengan kegiatan - kegiatan positif dan menyegerakan dewasa...

Umumnya seseorang yang sedang berulang tahun, hati dan perasaannya akan merasa dominan bahagia dan senang. Namun tidak dengan saya hari ini. Hati saya justru sebaliknya. Entahlah mengapa, hanya hati saya dan Yang Maha Memiliki hati saya sajalah yang tahu. Hari ini saya lebih banyak merenung, merenungi sebuah pertanyaan yang terngiang - ngiang di telinga saya (seperti ada seseorang yang sedang bertanya kepada saya). Apa yang sudah kamu lakukan selama 22 tahun ini??

Jika pertanyaan tersebut ditujukan kepada anda, apa jawaban anda?? Sejauh ini saya masih bingung harus menjawab apa. Hanya catatan amal baik dan buruk saya sajalah yang mampu menjawab secara jelas pertanyaan tersebut. Itulah mengapa hari ini saya lebih banyak merenung, apa kabar catatan amal saya?? Mana yang lebih banyak, kebaikankah atau keburukankah?? Saya berharap kebaikanlah yang lebih banyak.Tapi... bagaimana jika tidak seperti apa yang saya harapkan?? Astaghfirullahal 'adzhim. Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sifat - sifat syaithon...

Sebenarnya harapan saya yang paling besar dalam setiap ulang tahun adalah diberi petunjuk dan hidayah dari Allah agar selalu lurus dalam agama dan kehidupan ini. Saya termasuk makhluk-Nya yang mudah tergoda oleh kenikmatan sesaat. Makanya setiap kali berdoa saya selipkan agar diri ini selalu diberi petunjuk, hidayah, dan kekuatan dalam mengarungi samudera kehidupan. Kemudian harapan selanjutnya adalah bisa menjadi manfaat bagi orang lain. Sebagaimana hadist Rasulullah, "...Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni). Satu lagi yang masih mengganjal diri saya di hari ulang tahun ini. Yaitu saya masih belum menyelesaikan tanggung jawab saya sebagai seorang mahasiswa. Saya masih dilatih kesabaran, keikhlasan, dan ikhtiarnya oleh Allah untuk yang satu ini. Semoga saja di usia 22 tahun ini saya bisa menyelesaikan studi saya dan segera di wisuda, amin...

Ya Allah, jadikanlah aku di usiaku saat ini menjadi pribadi yang lebih baik dari usia sebelumnya. Terangilah hidupku dengan cahya Illahi-Mu, hidayah-Mu, serta petunjuk-Mu ya Robb. Lindungilah diri ini dari marabahaya, sifat dzholim, rasa malas, takut, putus asa, rasa lemah serta sedih lainnya. Wahai Yang Maha Membolak- balikkan hati kami, Tetapkanlah hati ini kepada agama-Mu. Bersihkanlah noda - noda hitam di hati ini dengan mata air surga-Mu, lunakkanlah hati ini dengan kasih sayang-Mu....
 
Dan matikanlah aku dalam keadaan husnul khotimah... amin


Waktu


Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.
Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat sebatang sungai, diatas bantarannya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.
Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah kenangan hari ini dan esok hari adalah harapan.

Dan bahwa yang bernyanyi dan merenung dari dalam jiwa, senantiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.

Setiap di antara kalian yang tidak merasa bahwa daya mencintainya tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahwa cinta sejati, walau tiada batas, tercakup di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari pikiran cinta ke pikiran cinta, pun bukan dari tindakan kasih ke tindakan kasih yang lain?
Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbagi dan tiada kenal ruang?Tapi jika di dalam pikiranmu haru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan.


(Khahlih Gibran)

Cinta


Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.

Dan pabila sayapnva memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.
Dan kalau dia bicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik taman.

Karena sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia
kan menyalibmu.
Sebagaimana dia ada untuk pertumbuhanmu, demikian pula dia ada untuk pemanakasanmu.
Sebagaimana dia mendaki kepuncakmu dan membelai mesra ranting-rantingmu nan paling lembut yang bergetar dalam cahaya matahari.

Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu dan mengguncang-guncangnya di dalam cengkeraman mereka kepada kami.
Laksana ikatan-ikatan dia menghimpun engkau pada dirinya sendiri.
Dia menebah engkau hingga engkau telanjang.
Dia mengetam engkau demi membebaskan engkau dari kulit arimu.
Dia menggosok-gosokkan engkau sampai putih bersih.

Dia merembas engkau hingga kau menjadi liar;
Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya.
Sehingga engkau bisa menjadi roti suci untuk pesta kudus Tuhan.

Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta, supaya bisa kaupahami rahasia hatimu, dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.

Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.Maka lebih baiklah bagimu kalau kaututupi ketelanjanganmu dan menyingkir dari lantai-penebah cinta.

Memasuki dunia tanpa musim tempat kaudapat tertawa, tapi tak seluruh gelak tawamu, dan menangis, tapi tak sehabis semua airmatamu.
Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada mengambil apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki; Karena cinta telah cukup bagi cinta.
Pabila kau mencintai kau takkan berkata, “Tuhan ada di dalam hatiku,” tapi sebaliknya, “Aku berada di dalam hati Tuhan”.
Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta, sebab cinta, pabila dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu.
Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya. Namun pabila kau mencintai dan terpaksa memiliki berbagai keinginan, biarlah ini menjadi aneka keinginanmu: Meluluhkan diri dan mengalir bagaikan kali, yang menyanyikan melodinya bagai sang malam.
Mengenali penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.
Merasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tenung cinta;
Dan meneteskan darah dengan ikhlas dan gembira.
 
Terjaga di kala fajar dengan hati seringan awan dan mensyukuri hari haru penuh cahaya kasih;
Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap;Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
Dan lalu tertidur dengan doa bagi kekasih di dalam hatimu dan sebuah gita puji pada bibirmu.

(Khahlil Gibran)

Persahabatan

Dan jika berkata, berkatalah kepada aku tentang kebenaran persahabatan?

Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti terpenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau panen dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.


Karena kau menghampirinya saat hati lapang dan mencarinya saat jiwa butuh kedamaian. 


Bila dia bicara, mengungkapkan pikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “ya”.

Dan bilamana ia diam, hatimu tiada ‘kan henti mencoba merangkum bahasa hatinya; karena tanpa ungkapan kata, dalam rangkuman persahabatan, segala pikiran, hasrat, dan keinginan terlahirkan bersama dengan sukacita yang utuh, pun tiada terkirakan.

Di kala berpisah dengan sahabat, janganlah berduka cita; Karena yang paling kaukasihi dalam dirinya, mungkin lebih cemerlang dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah  dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkayaruh kejiwaan. Karena kasih yang masih menyisakan pamrih, di luar jangkauan misterinya, bukanlah kasih, tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.

Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu.

Gerangan apa sahabat itu hingga kau senantiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?

Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!


Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.


Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria berbagi kebahagiaan.

Karena dalam titik-titik kecil embun pagi, hati manusia menemukan fajar jati dan gairah segar kehidupan.

(Khahlil Gibran)

Kufur Nikmat

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS 55 : 13)
 
Tentunya ayat diatas sudah tidak asing lagi bagi kita semua umat Islam. Yap, inilah salah satu ayat yang diulang berkali - kali (berapa kali ya diulangnya? coba hitung deh) dalam Surah Ar - Rahman. Ayat ini saya tafsirkan sebagai suatu sindiran dari Allah kepada hamba-hamba-Nya. Terutama bagi hamba-hamba-Nya yang tidak mensyukuri nikmat (kufur nikmat) dari apa yang telah diberikan oleh-Nya. Pernahkah kita menghitung berapa banyak nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita? Jikalau kita hitung, pastinya kita tak akan sanggup juga menghitungnya. Karena begitu banyak nikmat yang telah Ia berikan kepada kita (dari yang kita anggap hal kecil sekalipun) seperti bernafas dan sehat hingga (yang kita anggap besar) seperti harta dan jabatan. Tetapi mengapa kita masih sering lupa atau bahkan tidak mensyukuri nikmat - nikmat tersebut?
 
Saya termasuk salah satu hamba-Nya yang sering kufur nikmat (Ampunilah hamba Yaa Allah). Begitu mudah sekali saya "cuek" atas setiap nikmat yang Ia beri. Sekalipun nikmat itu besar, saya tetap "biasa" saja menerimanya. Bahkan terkadang malah lupa bersyukur (astaghfirullahal 'adzhim). Tetapi begitu nikmat tersebut dicabut, saya pun bagaikan layangan yang limbung di langit. Bingung, sedih, hampa. Namun sepertinya itulah cara Allah untuk menunjukkan kasih sayang-Nya kepada saya. Begitulah cara Allah menegur saya agar kembali ingat kepada-Nya. Kadang - kadang saya merenungi, begitu luar biasa kasih sayang Allah kepada diri saya. Tapi... diri ini sepertinya tidak menyadarinya. Apakah hati saya telah mengeras seperti batu? Sehingga tidak bisa lagi merasakan lembutnya kain sutra?
 
Alhamdulillah, saya masih diperhatikan oleh Allah. Walaupun mungkin perhatian tersebut diimplementasikan oleh-Nya dengan cara yang terkadang tidak sesuai harapan saya. Cara yang sebenarnya membuat saya semakin kuat, bijaksana dan lebih dewasa dalam mengarungi hidup ini jika dilihat dari sisi positif. Nah nikmat yang diberikan oleh Allah juga erat kaitannya dengan cara kita memandangnya. Kita sering menerjemahkan nikmat itu sebagai suatu bentuk anugerah. Padahal tahu kah kita? Bahwa nikmat itu bisa jadi cobaan. Layaknya bumerang, ia bisa menjadi senjata makan tuan jika kita tidak sigap meraihnya dengan baik. Nikmat itu akan menjadi cobaan yang sangat berat. Ketika kita mendapatkan harta yang melimpah, harta tersebut malah kita gunakan untuk hal - hal yang menjauhkan diri kita dari Yang Maha Pemberi nikmat (Na'udzubillahi min dzalik). Ketika kita diberikan paras yang cantik, tetapi kita tidak menjaganya atau malah mengumbarnya untuk menarik perhatian lawan jenis. Astaghfirullah...
 
Sadarlah, begitu mudah bagi Allah untuk mencabut setiap nikmat yang telah Ia berikan kepada kita, saya dan anda. Semudah membalikkan telapak tangan, cepat dan tepat. Lalu bagaimana cara kita menjaga nikmat tersebut? Allah sebenarnya telah memberikan jawaban, "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS 14 : 7). Minimal mengucapkan Alhamdulillah setiap kali kita menadapatkan nikmat adalah salah satu bentuk syukur kepada-Nya. Atau jika nikmat itu berupa harta yang lebih hendaknya kita gunakan untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Allah. Dan teakhir, marilah kita berdoa : Yaa Robb, jauhkanlah kami dari sifat kufur nikmat... amin.


Akhirnya - Gigi

ku sadari akhirnya kerapuhan imanku
telah membawa jiwa dan ragaku
ke dalam dunia yg tak tentu arah

ku sadari akhirnya Kau tiada duanya
tempat memohon beraneka pinta
tempat berlindung dari segala mara bahaya


oh Tuhan mohon ampun
atas dosa dan dosa selama ini
aku tak menjalankan perintahMu
tak pedulikan namaMu

tenggelam melupakan diriMu

oh Tuhan mohon ampun
atas dosa dan dosa sempatkanlah
aku bertobat hidup di jalanmu
tuk penuhi kewajibanku
sebelum tutup usia kembali padaMu
oh kembali padamu ohhh