Kufur Nikmat

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS 55 : 13)
 
Tentunya ayat diatas sudah tidak asing lagi bagi kita semua umat Islam. Yap, inilah salah satu ayat yang diulang berkali - kali (berapa kali ya diulangnya? coba hitung deh) dalam Surah Ar - Rahman. Ayat ini saya tafsirkan sebagai suatu sindiran dari Allah kepada hamba-hamba-Nya. Terutama bagi hamba-hamba-Nya yang tidak mensyukuri nikmat (kufur nikmat) dari apa yang telah diberikan oleh-Nya. Pernahkah kita menghitung berapa banyak nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita? Jikalau kita hitung, pastinya kita tak akan sanggup juga menghitungnya. Karena begitu banyak nikmat yang telah Ia berikan kepada kita (dari yang kita anggap hal kecil sekalipun) seperti bernafas dan sehat hingga (yang kita anggap besar) seperti harta dan jabatan. Tetapi mengapa kita masih sering lupa atau bahkan tidak mensyukuri nikmat - nikmat tersebut?
 
Saya termasuk salah satu hamba-Nya yang sering kufur nikmat (Ampunilah hamba Yaa Allah). Begitu mudah sekali saya "cuek" atas setiap nikmat yang Ia beri. Sekalipun nikmat itu besar, saya tetap "biasa" saja menerimanya. Bahkan terkadang malah lupa bersyukur (astaghfirullahal 'adzhim). Tetapi begitu nikmat tersebut dicabut, saya pun bagaikan layangan yang limbung di langit. Bingung, sedih, hampa. Namun sepertinya itulah cara Allah untuk menunjukkan kasih sayang-Nya kepada saya. Begitulah cara Allah menegur saya agar kembali ingat kepada-Nya. Kadang - kadang saya merenungi, begitu luar biasa kasih sayang Allah kepada diri saya. Tapi... diri ini sepertinya tidak menyadarinya. Apakah hati saya telah mengeras seperti batu? Sehingga tidak bisa lagi merasakan lembutnya kain sutra?
 
Alhamdulillah, saya masih diperhatikan oleh Allah. Walaupun mungkin perhatian tersebut diimplementasikan oleh-Nya dengan cara yang terkadang tidak sesuai harapan saya. Cara yang sebenarnya membuat saya semakin kuat, bijaksana dan lebih dewasa dalam mengarungi hidup ini jika dilihat dari sisi positif. Nah nikmat yang diberikan oleh Allah juga erat kaitannya dengan cara kita memandangnya. Kita sering menerjemahkan nikmat itu sebagai suatu bentuk anugerah. Padahal tahu kah kita? Bahwa nikmat itu bisa jadi cobaan. Layaknya bumerang, ia bisa menjadi senjata makan tuan jika kita tidak sigap meraihnya dengan baik. Nikmat itu akan menjadi cobaan yang sangat berat. Ketika kita mendapatkan harta yang melimpah, harta tersebut malah kita gunakan untuk hal - hal yang menjauhkan diri kita dari Yang Maha Pemberi nikmat (Na'udzubillahi min dzalik). Ketika kita diberikan paras yang cantik, tetapi kita tidak menjaganya atau malah mengumbarnya untuk menarik perhatian lawan jenis. Astaghfirullah...
 
Sadarlah, begitu mudah bagi Allah untuk mencabut setiap nikmat yang telah Ia berikan kepada kita, saya dan anda. Semudah membalikkan telapak tangan, cepat dan tepat. Lalu bagaimana cara kita menjaga nikmat tersebut? Allah sebenarnya telah memberikan jawaban, "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS 14 : 7). Minimal mengucapkan Alhamdulillah setiap kali kita menadapatkan nikmat adalah salah satu bentuk syukur kepada-Nya. Atau jika nikmat itu berupa harta yang lebih hendaknya kita gunakan untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Allah. Dan teakhir, marilah kita berdoa : Yaa Robb, jauhkanlah kami dari sifat kufur nikmat... amin.


Akhirnya - Gigi

ku sadari akhirnya kerapuhan imanku
telah membawa jiwa dan ragaku
ke dalam dunia yg tak tentu arah

ku sadari akhirnya Kau tiada duanya
tempat memohon beraneka pinta
tempat berlindung dari segala mara bahaya


oh Tuhan mohon ampun
atas dosa dan dosa selama ini
aku tak menjalankan perintahMu
tak pedulikan namaMu

tenggelam melupakan diriMu

oh Tuhan mohon ampun
atas dosa dan dosa sempatkanlah
aku bertobat hidup di jalanmu
tuk penuhi kewajibanku
sebelum tutup usia kembali padaMu
oh kembali padamu ohhh

 

0 comments: