Fenomena 888
Angka 8 merupakan angka keberuntungan di dalam kepercayaan tradisi Cina karena penyebutan angka 8 (bā/baat) dalam bahasa Mandarin dan Cantonese hampir sama dengan kata “keberuntungan” (fā/faat). Tidak heran bahwa pada tanggal 8/8/08 ini banyak sekali di Indonesia maupun negara-negara lain di Asia yang melangsungkan pernikahannya dengan berharap pernikahan pada tanggal tersebut akan memberikan keberuntungan. Bahkan Olimpiade di Beizingpun dimulai pada 8/8/08 pukul 8:08:08 pm.
Banyak contoh-contoh lainnya yang berhubungan dengan kepercayaan angka 8 ini. Di Hangzhou, Cina misalnya, seseorang berhasil menjual plat nomer A88888 dengan harga RMB 1.12 million (atau sekitar USD $160 ribu). Di Chengdu, China, nomer telpon 8888-8888 dijual dengan harga USD$270, 723. Beberapa contoh di atas membuktikan betapa percayanya mereka terhadap tradisi bahwa angka 8 adalah pembawa keberuntungan.
Fenomena seperti ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada angka 8 saja. Di Amerika sendiri banyak hotel atau apartement yang tidak mempunyai lantai atau ruangan bernomer 13 karena banyak dari costumer mereka menganggap angka 13 adalah angka sial. Dan jika kita perhatikan lebih lanjut, banyak sekali fenomena serupa yang menganggap bahwa suatu angka, barang, jimat, kalung, posisi bintang, penangalan (hari/bulan) atau lainnya bisa membawa keberuntungan atau malapetaka.
Di dalam ajaran agama Islam mempercayai adanya unsur pembawa keberuntungan atau malapetaka tersebut adalah merupakan salah satu bentuk dari syirik (menyekutukan Allah). Kepercayaan kita kepada “Bad Omen” (pertanda buruk) dalam bahasa Arabnya disebut sebagah “Thiyaroh”.
Ibnu Mas’ud pernah mendengar Rasulullah (S.A.W.) bersabda, “Thiyaroh (Bad Omen/pertanda buruk) adalah syirik! Thiyaroh adalah syirik!”.
Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, Nabi (S.A.W.) bersabda: ”Barang siapa yang membatalkan rencananya (kepentingannya) karena Thiyaroh (pertanda buruk), maka dia telah berbuat syirik”. Para sahabat bertanya: “Lalu apakah sebagai tebusannya?”. Beliau menjawab “supaya dia mengucapkan... Ya Allah tiada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tiada kesialan kecuali kesialan dari Engkau dan tiada sesembahan yang haq selain Engkau”.
Tentunya kita harus berhati-hati dengan dosa syirik ini karena Allah (S.W.T.) tidak akan pernah mengampuni dosa karena syirik ini. Allah (S.W.T.) berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (Q.S. An-Nisa 4:48)
Dalam hadits riwayat Tirmidhi dikisahkan bahwa dalam perang Hunain banyak orang-orang Muslim yang baru saja masuk Islam dan mereka masih membawa kepercayaan jahiliyah. Mereka melewati pohon “Dhat Anwaar” yang mana pohon tersebut oleh orang-orang Musyrik biasanya digunakan untuk mengikat cabang-cabangnya ke senjata mereka sebagai “good fortune” (pembawa kemujuran). Beberapa orang-orang yang baru masuk Islam tersebut meminta Rasulullah (S.A.W.) untuk menunjuk pohon sejenis yang digunakan sebagai “Good Fortune” untuk Muslim. Rasulullah (S.A.W.) menolak dan berkata, “Subhanallah (Maha Suci Allah)! Ini adalah persis seperti apa yang diminta oleh Bani Israel kepada Musa: ‘Wahai Musa! Buatlah untuk kami Tuhan sebagaimana mereka memiliki Tuhan-Tuhan’.”
Subhannallah, dalam hadits tersebut bisa disimpulkan bahwa menganggap sesuatu benda akan mendatangkan “good fortune” (pembawa kemujuran) adalah seperti mengambil tuhan-tuhan lain selain dari pada Allah (S.W.T.).
Kesyirikan lain yang banyak terjadi adalah kepercayaan kita bahwa posisi Zodiak (bintang) akan mentukan nasib baik atau buruk sesorang. Rasulullah (S.A.W.) bersabda bahwa anggapan ini adalah salah satu bentuk dari kekafiran.
Pada suatu saat setelah shalat subuh yang mana pada malamnya terjadi hujan, Rasulullah (S.A.W.) pernah bersabda bahwa Allah (S.W.T.) berfirman, "Pagi ini sebagian dari hambaKu tetap sebagai seorang mukmin dan sebagian lagi menjadi kafir. Barang siapa yang mengatakan bahwa hujan adalah rahmat dari Allah maka ia telah beriman kepadaKu dan kafir terhadap bintang-bintang. Dan barang siapa yang mengatakan bahwa hujan turun karena bintang tertentu, maka ia telah beriman kepada bintang-bintang dan kafir kepadaKu." (H.R. Bukhari)
Penolakan seseorang Muslim kepada “Good Omen” (Pertanda Baik), “Bad Omen” (Pertanda Buruk), ataupun “Good Fortune” (pembawa kemujuran), insya Allah akan menjadikan orang tersebut langsung masuk Surga tanpa di-‘hisab’ (ditimbang).
Ibnu Abbas pernah mengkisahkan bahwa Rasulullah (S.A.W.) pernah bersabda, "Tujuh puluh ribu orang dari umatku akan masuk surga tanpa di-'hisab' (ditimbang amal baik dan kejahatannya) ataupun dihukum" Setelah berkata demikian Rasulullah (S.A.W.) masuk ke dalam kamarnya. Orangpun mulai menduga-duga, siapakah gerangan ketujuh-puluh ribu orang tersebut. Sebagian menduga "Mungkin mereka yang terus menemani Rasulullah (S.A.W.)." Sebagian lagi menduga "Mungkin mereka yang dilahirkan sebagai muslim dan tidak pernah berbuat syirik terhadap Allah dalam beribadah." Mendengar hal ini Rasulullah (S.A.W.) keluar dan menjelaskan bahwa "Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan Ruqiah maupun meminta Ruqiah dilakukan kepadanya, mereka juga tidak percaya pada pertanda-pertanda (pertanda baik/buruk), akan tetapi mereka bertawakal kepada Allah." (H.R. Bukhari)
Mudah-mudahan kita termasuk salah satu dari 70 ribu orang-orang yang langsung masuk Surga tanpa di-‘hisab’. Dan apabila kita ditimpa musibah cukuplah kita berkata, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun."
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-Baqarah 2:155-157)
Reference (tentang kepercayaan orang Cina terhadap angka):
Http://en.wikipedia.org/wiki/Numbers_in_Chinese_culture
0 comments:
Post a Comment