Pemilu 2009 tinggal menghitung hari. Semua parpol kini sibuk berkampanye (walaupun intensitasnya masih kecil – kecilan) untuk menjaring para pemilih. Selain parpol, para calon legislatif (caleg) dari setiap parpol juga sibuk berpromosi visi misi atau sekedar numpang naruh tampang di baliho dan pamflet. Pemilu kali ini memang cukup menarik. Seperti ada aura tersendiri untuk pemilu 2009 (tapi bukan aura kasih lho...). Mengapa saya katakan seperti itu?? Lihat saja fakta di TKP (hee...).
Fakta pertama, jumlah parpol kini bertambah banyak. Seingat saya, pada pemilu 2004 jumlah parpol itu 24. Nah pemilu kali ini jumlah parpol itu melonjak menjadi 44!! (busyeet...). Lalu fakta kedua, tentang caleg nih. Para caleg, baik itu untuk tingkat DPRD atau DPR – RI, sekarang tidak hanya berasal dari kalangan politisi saja. Beberapa waktu yang lalu saya membaca berita di salah satu portal berita online yang isi beritanya adalah profil caleg dari kalangan artis lebih tepatnya penyanyi (siapa ya??). Lalu besoknya (di portal berita yang sama) memuat profil caleg yang berprofesi sebagai juru parkir (jukir).
Lantas saya bertanya – tanya di dalam relung hati yang terdalam (lebaayy..), kenapa sih pada daftar jadi caleg?? Tidak bisa kita bohongi, ketika seseorang telah menjadi atau terpilih sebagai anggota legislatif maka tiba – tiba seperti “tajir” medadak. Yang dulunya naik motor, kini naik mobil (walaupun plat merah) dan ada supir pirbadinya. Yang dulunya mempunyai rumah dari kayu (kena banjir pula), berubah menjadi rumah bertembok batu dan bertingkat. Nah apa ini semua yang menjadi daya tarik masyarakat untuk berlomba – lomba menjadi anggota legislatif?? Ingin menjadi tajir alias kaya?? Jawaaabbb...!!! (Lho..sabar kang..)
Kalo ternyata hal – hal diatas menjadi dasar seseorang untuk maju menjadi caleg, saya yakin betapa bobroknya legislatif di negara kita di masa yang akan datang. Bayangkan.. Materi yang menjadi tujuan (itupun untuk pribadi) bukan aspirasi rakyat lagi yang diperjuangkan, astaghfirullah. Padahal ketika kampanye dan promosi ke konstituen ataupun grass root, setiap caleg pasti berjanji “Saya akan memperjuangkan aspirasi anda...hak anda...kebutuhan anda...bla...bla...bla”.
Apakah ini potret calon legislatif di Indonesia?? Rekan – rekan blogger (dan siapa pun yg membaca posting ini), kita harus menjadi pemilih cerdas (bagi yang udah punya hak pilih ya). Memilih berdasarkan track record kalo kata P** bukan karena pemberian kaos, uang, atau janji – janji kosong. Jadilah pemilih yang dinamis tidak apatis, maksudnya mencari background parpol atau caleg yang akan kita pilih. Apakah bersih, peduli, dan profesional?? Jika tidak, katakan “Anda bukan pilihan saya!!!” (he..he..he..)
Lantas saya bertanya – tanya di dalam relung hati yang terdalam (lebaayy..), kenapa sih pada daftar jadi caleg?? Tidak bisa kita bohongi, ketika seseorang telah menjadi atau terpilih sebagai anggota legislatif maka tiba – tiba seperti “tajir” medadak. Yang dulunya naik motor, kini naik mobil (walaupun plat merah) dan ada supir pirbadinya. Yang dulunya mempunyai rumah dari kayu (kena banjir pula), berubah menjadi rumah bertembok batu dan bertingkat. Nah apa ini semua yang menjadi daya tarik masyarakat untuk berlomba – lomba menjadi anggota legislatif?? Ingin menjadi tajir alias kaya?? Jawaaabbb...!!! (Lho..sabar kang..)
Kalo ternyata hal – hal diatas menjadi dasar seseorang untuk maju menjadi caleg, saya yakin betapa bobroknya legislatif di negara kita di masa yang akan datang. Bayangkan.. Materi yang menjadi tujuan (itupun untuk pribadi) bukan aspirasi rakyat lagi yang diperjuangkan, astaghfirullah. Padahal ketika kampanye dan promosi ke konstituen ataupun grass root, setiap caleg pasti berjanji “Saya akan memperjuangkan aspirasi anda...hak anda...kebutuhan anda...bla...bla...bla”.
Apakah ini potret calon legislatif di Indonesia?? Rekan – rekan blogger (dan siapa pun yg membaca posting ini), kita harus menjadi pemilih cerdas (bagi yang udah punya hak pilih ya). Memilih berdasarkan track record kalo kata P** bukan karena pemberian kaos, uang, atau janji – janji kosong. Jadilah pemilih yang dinamis tidak apatis, maksudnya mencari background parpol atau caleg yang akan kita pilih. Apakah bersih, peduli, dan profesional?? Jika tidak, katakan “Anda bukan pilihan saya!!!” (he..he..he..)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Anonymous Says:
wah masih hangat nih postingnya...kalo dilihat rata rata ya seperti itu...udah modenya kali yach...tetapi kalo mau dipukul rata ya gak bisa milih dong masalahnya udah boborok semuanya.apapun beban yang di sandang seorang legislatif bukanlah hal yang mudah,apa kita tidak melihat seorang yang suka mengomentari pemimpinnya,kemudian setelah dia di perintah mengganti memimpin dia gak jauh beda dengan lainnya.intinya disini mari kita bekerja sama kalo itu pemimpin yang kita pilih, beri mereka untuk bergerak,jangan kita main hakim sendiri...maksa dsb.karena menjadi seorang pemimpin bukan pilihan mereka melainkan sudah dipilih oleh sebagian besar masyarakat.perspektif negatif mencari kekayaan bukanlah sesuatu yang dikejar oleh mereka...atau apakah mereka harus mengorbankan keluarga , waktu dan diri mereka sendiri demi mepermudah orang lain?atau kita semua IRI>>>???
Posted on March 19, 2009 at 4:15 PM
mayaozk Says:
mmg profesi yg menggiurkan, klo soal hak jelas mereka smua berhak ko "ikut2an" jd caleg, yg ptg bangsa kt skrg bkn bangsa yg terbelakang toh? *mode on: smbil berharap itu benar*
jd smoga bs membedakan mn yg bersih, peduli and profesional.
Posted on March 20, 2009 at 12:27 AM